Tasyakuran SK Kemenkumham, Partai Ummat Ungkap Strategi Bergerak
Tasyakuran SK Kemenkumham, Partai Ummat Ungkap Strategi Bergerak

Tasyakuran SK Kemenkumham, Partai Ummat Ungkap Strategi Bergerak




JOGJAGRID.COM : Partai Ummat sebagai partai yang baru saja mendapatkan pengesahan Kementrian Hukum dan HAM RI, sudah mulai ancang-ancang akan menyiapkan kader-kader muda untuk mengisi ruang kepemimpinan bangsa kedepan dengan strategi Leadership Engineering.                        
Hal tersebut mengemuka dalam paparan Ketua Umum Partai Ummat Dr. Ing. Ridho Rahmadi, S.Kom., M.Sc dalam Diskusi Publik hari pertama dalam rangka Tasyakuran Partai Ummat DIY dengan tema “Perspektif dari Jogja untuk Indonesia 2045” tentang Pengkaderan Bangsa (Jum’at, 3 September). 
Strategi Leadership Engineering dalam proses perkaderan bangsa di Partai Ummat akan dimulai dari proses rekrutmen kader (inisiasi), pembinaan dan peningkatan kapasitas sampai dengan kriteria capaian. Ridho Rahmadi memberi memberi catatan, problem utama dalam konteks kaderisasi di partai politik saat ini cenderung terfokus dalam tahap inisiasi dan proses pembinaan, tetapi lemah dalam melakukan evaluasi untuk kriteria capaian; sehingga kader yang mengisi diruang publik kualitasnya banyak yang terabaikan. 
Partai Ummat sebagai partai baru akan fokus dalam pengkaderan dengan menggunakan tiga pendekatan tersebut, sehingga diharapkan dari proses pengkaderan yang dilakukan akan mampu melahirkan kader-kader bangsa yang pareto optimality atau kader paripurna baik dari aspek pengetahuan, sikap dan juga ketrampilan dalam kepemimpinan, kata Ridho. 

Akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Phil. Ridho Al Hamdi, MA yang juga menjadi salah satu pembicara dalam diskusi secara daring dengan zoom meeting tersebut menyoroti prakmatisme politik yang terjadi dalam proses Pemilu di Indonesia      saat ini. 

Tasyakuran Partai Ummat

Menurut Ridho Al Hamdi prakmatisme politik terjadi karena aturan yang telah dibuat tentang ambang batas parlemen (parliamentary threshold), dimana Parpol berlomba-lomba dengan model potong kompas mencari calon yang mempunyai kepopuleran seperti artis dan tokoh masyarakat.  
Dampaknya adalah Parpol mengabaikan proses penting kaderisasi di wadah parpol itu sendiri, sehingga tidak lagi bicara kualitas kader tapi lebih bagaima kandidat yang diangkat menjadi caleg yang mampu mendulang suara sebanyak mungkin (vote getter). Ridho juga menyoroti kondisi saat ini, dimana demokrasi kita sudah mengarah kepada liberalisasi demokrasi yang pada ujungnya melahirkan oligarki politik. Partai Ummat sebagai partai baru diharapkan bisa menjadi tumpuan harapan melakukan perubahan, sehingga kaderisasi bangsa melalui partai politik bisa berjalan dengan baik. Partai politik bisa menjadi rumah besar untuk menyemai kader bangsa yang akan berkiprah di semua level kepemimpinan. 
 
Diskusi Hari I (3 September 2021)  
Tasyakuran Partai Ummat DIY 
Pembicara lainnya Syamsudin, S.Pd., MA, yang merupakan Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Proklamasi 45, berharap Partai Ummat bisa membuat satu model pengkaderan bangsa dengan pendekatan berjenjang sampai di basis warga, yaitu tingkat Rukun Warga (RW). Selain itu juga kader Partai Ummat bisa menjadi solusi bagi warga, termasuk memberikan pendidikan politik kepada warga secara berkelanjutan. 

Diskusi dihadiri oleh pengurus, simpatisan Partai Ummat dan masyarakat umum yang tidak hanya dari DIY, tapi meluas dari daerah-daerah lain di Indonesia. Diskusi tersebut dipandu oleh Happy Susanto, S.Sos, MA yang merupakan dosen pengajar di STIA AAN Yogyakarta.  
Diskusi Publik kedua dalam rangka Tasyakuran Partai Ummat DIY masih akan berlanjut hari ini (Sabtu, 4 September) dengan tema “Umat Islam sebagai Tulang Punggung Demokrasi” yang akan menghadirkan Prof. Dr. Bambang Cipto guru besar Fisipol UMY, Jazir ASP Dewan Syuro Masjid Jogokaryan dan Tarli Nugroho yang merupakan praktisi dan pengamat ekonomi kerakyatan. (Noe/Gan)
 
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.