Muhammadiyah: Kapasitas Destinasi Wisata Saat Libur Lebaran Harusnya Di bawah 50 % 
Muhammadiyah: Kapasitas Destinasi Wisata Saat Libur Lebaran Harusnya Di bawah 50 % 

Muhammadiyah: Kapasitas Destinasi Wisata Saat Libur Lebaran Harusnya Di bawah 50 % 




JOGJAGRID.COM : Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah memberi catatan terkait beroperasinya destinasi wisata di masa libur lebaran tahun 2021 yang masih diwarnai tingginya penularan Covid-19.

PP Muhammadiyah menyoroti khususnya soal kapasitas destinasi yang oleh pemerintah diberi toleransi bisa terisi maksimal 50 persen dari kapasitas.

"Kapasitas destinasi wisata yang beroperasi ini kalau bisa ditekan lagi, di bawah 50 persen dari kapasitas," kata Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin 10 Mei 2021.

Destinasi wisata belakangan dinilai bisa menjadi salah satu pusat terjadinya kerumunan massa yang memicu naiknya penularan Covid-19. Kalangan pakar epidemiologi sebelumnya juga mendesak destinasi wisata sebaiknya tak beroperasi ketika larangan mudik diberlakukan.

PP Muhammadiyah menilai soal beroperasinya destinasi wisata ini berkait erat dengan ekonomi masyarakat. Destinasi menjadi sumber penghidupan di masa pandemi ini sehingga Muhammadiyah tak mempersoalkan jika terpaksa dibuka.

"Tapi kalau kapasitas destinasi itu dibuat maksimal 50 persen, kami lihat potensi interaksinya masih sangat tinggi sekali untuk memicu kerumunan," kata Agung.

Agung mengatakan saat destinasi beroperasi, pemerintah dan pengelola punya tanggungjawab menjamin pengunjung kawasan wisata itu seluruhnya tertib protokol kesehatan. Monitoring kunjungan wisata ini perkara tak mudah.

"Kami berharap betul protokol itu bisa ditegakkan di tiap destinasi dengan sebaik-baiknya, karena kalau tidak, mengerikan sekali melihat pengalaman luar negeri itu," kata Agung.

Soal pemberlakuan larangan mudik sendiri, Muhammadiyah menegaskan mudik skala nasional atau lokal ancaman bahayanya sama, yakni terjadi potensi kerumunan.

Maka pergerakan massa yang dari berbagai tempat yang berpotensi untuk menularkan itu selayaknya diantisipasi.

PP Muhammadiyah saat ini telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat khususnya para kadernya di seluruh Indonesia terkait pelaksanaan takbiran dan shalat Idul Fitri 1442 Hijriah.

Warga Muhammadiyah diimbau tidak menggelar takbiran keliling pada malam Idul Fitri untuk mencegah penularan Covid-19.

"Takbir Idul Fitri dianjurkan agar dilaksanakan di rumah masing-masing dengan khusyuk dan melibatkan anggota keluarga," kata Agung.

Muhammadiyah tak melarang takbir pada malam Idul Fitri di masjid dan mushala. Hanya saja, selama takbiran berlangsung tidak ada kerumunan jemaah.

"Pengurus masjid dan mushala kami minta tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat," kata Agung.

Sedangkan untuk pelaksanaan shalat Idul Fitri, PP Muhammadiyah menganjurkan agar berlangsung di rumah masing-masing. Apalagi jika di lingkungannya ada pasien positif Covid-19.

"Jika tidak ada warga yang tertular virus corona atau kondisi setempat dipandang aman Covid-19, shalat Idul Fitri dapat dilaksanakan di lapangan kecil atau tempat terbuka di sekitar tempat tinggal namun dalam jumlah jemaah yang terbatas," kata Agung.

Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan sejak 22 April hingga 9 Mei 2021 ini, pihaknya mencatat orang yang datang untuk keperluan mudik ada sebanyak 225 orang.

"Kedatangan warga yang mudik itu telah dilaporkan dari Posko PPKM Mikro di setiap rukun tetangga," kata Heroe yang juga Wakil Walikota Yogyakarta itu.

Berdasar data arus kedatangan terbesar di Kota Yogya tercatat mulai 22 April-3 Mei 2021 yang mencapai 92 orang. Selanjutanya hari-hari berikutnya berkisar 10-16 pemudik yang datang per harinya.

"Saat tanggal 6-7 Mei, kedatangan pemudik kembali naik mencapai 82 orang dan tanggal 8-9 Mei hanya 4 orang," katanya.

Hal itu, ujar Heroe, menunjukkan kedatangan pemudik menjelang diberlakukannya peniadaan mudik arus masuknya cukup besar. Sebab di awal Mei 2021 lalu kedatangan pemudik sempat mencapai 360 bis dalam satu malam yang terpantau di Terminal Giwangan Yogya.

"Tetapi tujuan pemudik saat itu tak hanya Yogya, melainkan tersebar di Jawa Tengah bagian selatan," katanya.

Pemudik yang lolos dari pemeriksaan perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri jika masuk Kota Yogya akan dipantau melalui 2.535 posko PPKM Mikro se-Kota Yogyakarta.
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.