Kasus Covid-19 Pondok Pesantren di Sleman, Dinkes Swab Ratusan Orang
Kasus Covid-19 Pondok Pesantren di Sleman, Dinkes Swab Ratusan Orang

Kasus Covid-19 Pondok Pesantren di Sleman, Dinkes Swab Ratusan Orang



JOGJAGRID.COM : Dinas Kesehatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan tes swab ratusan orang dari tracing klaster pondok pesantren (ponpes) di Ngaglik. Aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka sementara dihentikan dan lingkungan sekitar melakukan karantina mandiri. 
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, total ada 222 orang yang dilakukan tes swab dalam tracing klaster ponpes di Ngaglik. “Kemarin ada 50 dan hari ini juga 50 yang ditracing. Sehingga total ada 222 yang kami tracing. Tapi untuk hasil swabnya sebagian belum keluar,” katanya saat melakukan konferensi pers di rumah makan Kebon Ndelik di Sleman, Rabu (30/9). 
Joko mengatakan, kasus tersebut awalnya ada salah seorang santri dari luar kota yang kembali ke pondok pesantren untuk melakukan KBM pada akhir Agustus lalu. Santri tersebut sudah merasakan gejala, tapi dianggap flu biasa. “Tidak periksa ke klinik di pondok pesantren. Kemudian pada 11 atau 12 September baru periksa, dan kondisinya mulai membaik,” katanya. 
Joko mengatakan, santri tersebut kemudian mengalami gejala kehilangan indra penciuman dan pengecapan pada 22 September. Kemudian dokter di klinik mewaspadainya terpapar Covid-19 dan langsung berkoordinasi dengan puskesmas. 
“Kemudian langsung didata, ternyata yang mengalami gejala serupa cukup banyak. Pada Jumat (25/9) yang mengalami gejala dilakukan rapid tes. Dari 122 orang yang rapid tes ada 45 orang reaktif. Mereka yang reaktif langsung dites swab. Jadi secara bersamaan diketahui ada 41 orang positif pada Senin (28/9) malam,” kata Joko. 
Joko mengatakan, pondok pesantren tersebut mengambil langkah untuk menghentikan sementara KBM yang tatap muka. Kemudian santri yang tidak bergejala dan negatif tetap dikarantina di lingkungan pondok pesantren. 
“Untuk yang positif diisolasi dan di lingkungan juga dihentikan aktivitasnya selama minimal lima hari karena dilakukan pembersihan, penyemprotan disinfektan,” katanya. 
Joko berkata, kasus ini muncul secara bersamaan. Sementara ini pihaknya mempersempit kategori penularan sampai Generasi Kedua (G2) saja. Sehingga dalam kriteria epidemiologi belum bisa dikatakan klaster Covid-19. 
“Klaster dalam pengertian umum kan kelompok. Bisa disebut klaster pondok pesantren dalam pengertian umum, karena muncul kasus Covid di kelompok itu. Tapi untuk kriteria epidemiologi, bisa dikatakan klaster kalau sudah mencapai G3,” ucapnya. 
Soal kasus Covid-19 yang juga muncul di salah satu pondok pesantren di Prambanan, Joko mengungkapkan awalnya ada satu orang yang datang dari luar daerah. Kemudian melakukan pemeriksaan secara mandiri dan langsung diketahui positif Covid-19. 
Setelah dilakukan tracing terhadap delapan orang temannya, ternyata ditemukan ada lima orang yang positif Covid-19. Sehingga total ada enam orang yang positif. “Untuk di Prambanan ini total ada 60 yang tracing dan tetap enam orang positif. Jadi hanya sampai G2 saja. Sedangkan Ngaglik sulit ditetapkan sampai G2 karena munculnya secara bersama-sama,” ucapnya. (Dho/Han)
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.