JOGJAGRID.COM: Dinas Pariwisata DIY telah siap melakukan uji coba penerapan tatanan hidup baru atau new normal untuk sektor pariwisata. Untuk itu telah ditetapkan 10 destinasi wisata yang akan menjadi pilot project pelaksanaan tatanan hidup baru ini.
Diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo pada Selasa (23/06) di Kantor Dinas Pariwisata DIY, 10 destinasi wisata tersebut sudah dipersiapkan sejak jauh hari. Tidak hanya SOP new normalnya saja, tapi sudah dilakukan simulasi dan pendampingan pelaksanaan SOP.
“Kami juga melengkapi fasilitas, mulai dari sarana prasarana cuci tangan, tempat sampah, sampai jenis APD lainnya, termasuk tenda sementara bagi wisatawan untuk beristirahat jika diketahui memiliki suhu tubuh di atas normal,” ujarnya saat ditemui usai Pemaparan Hasil Pendampingan dan Rencana Simulasi.
Destinasi wisata yang menjadi percontohan ini tersebar di tiga wilayah DIY, yakni Pantai Baron, Pantai Kukup, Gunung Api Purba Nglanggeran, dan Goa Kalisuci yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Lalu di Kabupaten Bantul ada Puncak Becici, Hutan Pinus Pengger, obyek wisata Seribu Batu, Hutan Pinus Sari, dan Pantai Parangtritis. Sementara itu, di Kabupaten Sleman hanya ada satu destinasi wisata, yakni Tebing Breksi.
Diungkapkan Singgih, pihaknya pun telah melakukan pelatihan bagi SDM pengelola destinasi wisata secara online. Dan pada 24-26 Juni 2020 ini dilakukan simulasi terakhir di 10 destinasi wisata. Tahap ini kemudian akan dilakukan dengan uji coba pembukaan secara terbatas. Pembatasan pengunjung telah ditetapkan sebanyak 50% dari kapasitas normal, dan pengunjung diwajibkan reservasi secara online.
“Semua ini merupakan bagian dari tahapan pembukaan destinasi wisata di DIY dalam tatanan hidup baru dengan adanya pandemi CoViD-19. Nantinya, uji coba ini juga akan dievaluasi,” imbuhnya.
Disinggung mengenai waktu pembukaan destinasi wisata selanjutnya, menurut Singgih hal tersebut kewenangannya ada di kabupaten/kota masing-masing. Yang jelas, salah satu pertimbangan boleh tidaknya destinasi wisata buka didasarkan pada kesiapan tiap destinasi wisata.
“Kami juga bekerja sama dengan Diskominfo DIY yang menyediakan aplikasinya untuk identitas wisatawan. Lalu ada aplikasi Plesiran Jogja untuk layanan reservasi dan informasi kepariwisataan,” imbuhnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi DIY, Rony Primanto Hari mengatakan, sistem digital QR Code memudahkan pihaknya untuk mendata berapa jumlah orang yang berkerumun di suatu lokasi. Nantinya dengan identitas digital ini, juga bisa dilakukan deteksi identitas pengunjung jika terjadi sesuatu.
“Setiap masyarakat yang mengunjungi Jogja diharapkan bisa mengunduh aplikasi QR Code ini untuk memperoleh identitas digital. Dengan QR Code inilah wisatawan bisa kemana saja di Yogyakarta. Ini juga berguna bagi pengelola destinasi wisata, karena jadi tahu berapa sih jumlah pengunjung saya, sekaligus untuk mengawasi sudah berapa orang yang masuk,” imbuhnya.
(SAN/GES)