JOGJAGRID.COM: Kasus wisatawan yang merasa dijebak oknum pedagang kaki lima atau PKL saat berbelanja atau jajan kulineran di kawasan Malioboro Yogyakarta sempat beberapa kali terjadi dan heboh di media sosial.
Kasus nuthuk harga atau mematok harga tak wajar yang dilakukan oknum pedagang kepada wisatawan itu mau mau mencoret image Malioboro sebagai destinasi yang nyaman.
Kasus ini sering kali mencuat saat masa liburan panjang. Ketika jantung wisata Kota Gudeg itu digempur jutaan wisatawan tiap hari tanpa henti, dari pagi hingga pagi lagi.
Nah, memasuki penghujung tahun ini, saat momen menyambut libur Natal dan Tahun Baru tiba, apakah kasus nuthuk harga oleh PKL Malioboro bakal berulang ?
Pada Senin 2 Desember 2019 ini, sejumlah tokoh pedagang kaki lima di kawasan Malioboro berkumpul untuk menyatakan sikap bersama.
Pedagang yang terhimpun dalam Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) itu mengatakan sepenuhnya akan tunduk dan mengikuti himbauan Pemerintah Kota Yogyakarta. Paguyuban berjanji akan ikut menjaga dan mengawasi agar tidak ada lagi oknum PKL memasang harga di luar batas kewajaran.
"Kami akan berpartisipasi menjaga dan mendukung kebijakan serta arahan pemerintah untuk mewujudkan Malioboro sebagai kawasan nyaman untuk liburan dan berbelanja," ujar Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) Desio Hartonowati.
Desio mengatakan, untuk mengantisipasi muncul PKL aji mumpung saat momen liburan Natal dan pergantian tahun, pihaknya juga tengah menyiapkan daftar harga menu tertinggi yang akan disampaikan kepada wisatawan sebagai penyesuaian. Seperti saat masa liburan minuman es teh Rp 8 ribu per gelas.
"Kami berharap Pemkot Yogya dan stakeholder wisata juga bisa membantu menyampaikan," ujarnya.
Desio mengatakan dengan langkah itu, diharapkan informasi mengenai permasalahan pedagang yang kerap memasang batas harga di luar kewajaran bisa diantisipasi.
Kasus PKL Malioboro nuthuk harga yang sempat menyita perhatian terjadi medio 2017 silam yang berujung penutupan paksa sebuah warung lesehan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro.
Setahun berikutnya, 2018, Pemkot Yogya mulai membentuk unit khusus yang bekerja dengan menyamar tanpa seragam satuan polisi pamong praja, untuk memantau langsung polah pedagang di Malioboro dalam memanfaatkan musim liburan panjang.
"Wisatawan yang mengalami kejadian (nuthuk harga) itu juga bisa melapor kepada petugas di Malioboro untuk ditindaklanjuti, " kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Puncak kepadatan masa libur akhir tahun di Yogya sendiri diperkirakan jatuh mulai 25 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020.
Selain berkomitmen menjaga kasus nuthuk harga tak berulang, menyambut libur akhir tahun ini para PKL akan membantu menyiapkan tambahan tenaga petugas kebersihan yang nantinya membantu petugas kebersihan membersihkan sampah.
Frekuensi pengangkutan sampah dari tempat sampah ke tempat pembuangan sementara (TPS) yang selama ini hanya tiga kali dalam sehari di Malioboro juga akan ditambah dua kali, sehingga menjadi lima kali dalam sehari selama puncak liburan.
Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro, Sujarwo Putro mengatakan mulai pertengahan tahun 2020, pedagang Malioboro juga akan melakukan uji coba konsep warung lesehan dengan desain baru.
Konsep lesehan desain baru yang dimaksud bernama Resik Lan Apik yang artinya bersih dan bagus. Dalam konsep ini PKL mengujicoba lesehan yang tatanannya bersahabat. Misalnya lapak dibuat semi terbuka agar tidak menutupi gedung di belakangnya. Juga mengusung waterless atau minim penggunaan air untuk mengurangi limbah cair. Juga penggunaan barang seperti piring gelas sekali pakai serta pengurangan limbah plastik dari sedotan.
"Setelah lima bulan yang lalu (Juli 2019) konsep itu diujicobakan pada lesehan Borobudur di sisi selatan Malioboro, nanti pertengahan 2020 kami lakukan duplikasi secara massal desain baru lesehan di kawasan Malioboro," ujarnya. (A.Wic)
Kasus nuthuk harga atau mematok harga tak wajar yang dilakukan oknum pedagang kepada wisatawan itu mau mau mencoret image Malioboro sebagai destinasi yang nyaman.
Kasus ini sering kali mencuat saat masa liburan panjang. Ketika jantung wisata Kota Gudeg itu digempur jutaan wisatawan tiap hari tanpa henti, dari pagi hingga pagi lagi.
Nah, memasuki penghujung tahun ini, saat momen menyambut libur Natal dan Tahun Baru tiba, apakah kasus nuthuk harga oleh PKL Malioboro bakal berulang ?
Pada Senin 2 Desember 2019 ini, sejumlah tokoh pedagang kaki lima di kawasan Malioboro berkumpul untuk menyatakan sikap bersama.
Pedagang yang terhimpun dalam Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) itu mengatakan sepenuhnya akan tunduk dan mengikuti himbauan Pemerintah Kota Yogyakarta. Paguyuban berjanji akan ikut menjaga dan mengawasi agar tidak ada lagi oknum PKL memasang harga di luar batas kewajaran.
"Kami akan berpartisipasi menjaga dan mendukung kebijakan serta arahan pemerintah untuk mewujudkan Malioboro sebagai kawasan nyaman untuk liburan dan berbelanja," ujar Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) Desio Hartonowati.
Desio mengatakan, untuk mengantisipasi muncul PKL aji mumpung saat momen liburan Natal dan pergantian tahun, pihaknya juga tengah menyiapkan daftar harga menu tertinggi yang akan disampaikan kepada wisatawan sebagai penyesuaian. Seperti saat masa liburan minuman es teh Rp 8 ribu per gelas.
"Kami berharap Pemkot Yogya dan stakeholder wisata juga bisa membantu menyampaikan," ujarnya.
Desio mengatakan dengan langkah itu, diharapkan informasi mengenai permasalahan pedagang yang kerap memasang batas harga di luar kewajaran bisa diantisipasi.
Kasus PKL Malioboro nuthuk harga yang sempat menyita perhatian terjadi medio 2017 silam yang berujung penutupan paksa sebuah warung lesehan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro.
Setahun berikutnya, 2018, Pemkot Yogya mulai membentuk unit khusus yang bekerja dengan menyamar tanpa seragam satuan polisi pamong praja, untuk memantau langsung polah pedagang di Malioboro dalam memanfaatkan musim liburan panjang.
"Wisatawan yang mengalami kejadian (nuthuk harga) itu juga bisa melapor kepada petugas di Malioboro untuk ditindaklanjuti, " kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Puncak kepadatan masa libur akhir tahun di Yogya sendiri diperkirakan jatuh mulai 25 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020.
Selain berkomitmen menjaga kasus nuthuk harga tak berulang, menyambut libur akhir tahun ini para PKL akan membantu menyiapkan tambahan tenaga petugas kebersihan yang nantinya membantu petugas kebersihan membersihkan sampah.
Frekuensi pengangkutan sampah dari tempat sampah ke tempat pembuangan sementara (TPS) yang selama ini hanya tiga kali dalam sehari di Malioboro juga akan ditambah dua kali, sehingga menjadi lima kali dalam sehari selama puncak liburan.
Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro, Sujarwo Putro mengatakan mulai pertengahan tahun 2020, pedagang Malioboro juga akan melakukan uji coba konsep warung lesehan dengan desain baru.
Konsep lesehan desain baru yang dimaksud bernama Resik Lan Apik yang artinya bersih dan bagus. Dalam konsep ini PKL mengujicoba lesehan yang tatanannya bersahabat. Misalnya lapak dibuat semi terbuka agar tidak menutupi gedung di belakangnya. Juga mengusung waterless atau minim penggunaan air untuk mengurangi limbah cair. Juga penggunaan barang seperti piring gelas sekali pakai serta pengurangan limbah plastik dari sedotan.
"Setelah lima bulan yang lalu (Juli 2019) konsep itu diujicobakan pada lesehan Borobudur di sisi selatan Malioboro, nanti pertengahan 2020 kami lakukan duplikasi secara massal desain baru lesehan di kawasan Malioboro," ujarnya. (A.Wic)