Hadirkan Sejumlah Tokoh, Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta Gelar Dialog Kebangsaan
Hadirkan Sejumlah Tokoh, Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta Gelar Dialog Kebangsaan

Hadirkan Sejumlah Tokoh, Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta Gelar Dialog Kebangsaan


JOGJAGRID.COM : Pengurus Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta menggelar Dialog Kebangsaan dalam momen peringatan Kemerdekaan RI ke-78 dan HUT Gereja yang ke 60 dengan Rabu petang (23/8) di Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta.

Tidak banyak orang yang bisa menghargai perbedaan, butuh  komitmen kuat  pada toleransi.

Kebhinekaan (keberagaman) Indonesia justru bisa menjadi potensi dengan komitmen bersama untuk merajut kesatuan dalam keberagaman. 

Apalagi memasuki tahun politik,  dialog keberagaman dilakukan berkesinambungan untuk menciptakan suasana kondusif dan mengembangkan potensi yang ada tanpa mengkotak-kotakkan dalam perbedaan.

"Komunikasi antar umat beragama selalu dijaga, saya senang sudah dua kali diundang dalam acara dialog lintas agama semacam ini," ucap Rektor Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta Prof. Dr. Phil. Al Makin SAg MA dalam Dialog Kebangsaan, Rabu (23/8) malam di Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta itu.

Prof Makin sebagai pembicara bersama pastor anggota TNI Angkatan Udara Rm. Kolonel Joseph Marcellinus Bintoro,  Kabinda DIY Brigjend TNI Rachmat Puji Susetyo SIP MSi dan moderator  Komisioner KPID Yohanes Suyanto. Dialog berlangsung terbuka dan mengundang masyarakat umum dari berbagai elemen.

 "Semua umat beragama yang punya pandangan sama dalam keberagaman bisa saling mendukun," tegas Prof Makin.

Sedang Brigjend TNI Rachmat Puji menyatakan  keberaamaan harus dijaga sebab ada upaya  menggunakan Pemilu untuk memecah belah. "Mari kita bersama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, peran masyarakat penting menjaga Pancasila sebagai ideologi bangsa, jangan terbawa arus politik identitas, hoax," ungkapnya.

Sedang Rm Yos Bintoro menyebutkan momen dialog kebangsaan ini menjadi ajang “srawung” dari semua elemen untuk dapat saling memahami, menerima, dan akhirnya membangun sinergi satu sama lain. "Yogyakarta adalah  Indonesia mini yang multikultu, hampir semua suku bangsa ada di Indonesia, gerakan-gerakan ke arah upaya memecah belah ini harus terus dicermati dan diangkat menjadi permasalahan bersama untuk dihadapi bersama-sama pula dengan saling bergandeng tangan,  menyatukan kekuatan," tegasnya. (Dho/Ian)

Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.