Seru, Dialog Sambil Lukis Bersama Rektor UIN Suka Jogja Bareng Seniman- Kurator
Seru, Dialog Sambil Lukis Bersama Rektor UIN Suka Jogja Bareng Seniman- Kurator

Seru, Dialog Sambil Lukis Bersama Rektor UIN Suka Jogja Bareng Seniman- Kurator

 


JOGJAGRID.COM: Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Al makin mengundang semiman dan kurator yogyakarta, untuk berdiskusi melukis bersama,  menari ataupun menyanyi, di Gedung Prof. RHA. Soenardjo, SH, kampus setempat, Sabtu, 28/11/2020.

Dalam sambutan pada forum yang terselenggara atas kerja sama dengan BPD DIY ini, mengawali acara dialog, Prof. Al Makin menyampaikan, forum ini dilakukan dalam rangka mempromosikan Seni-budaya sebagai salah satu unsur dari empat unsur utama yang harus dikembangkan dalam pendidikan, termasuk pendidikan tinggi.  Dijelaskan, pendidikan memiliki empat unsur utama, yakni; etika/akhlak/karakter building, estetika/seni-budaya, kognitif, dan  olah raga.  Kampus-kampus masih saja hanya menekankan kognitif, dan itu sifatnya masih hafalan, bukan pencaharian ataupun penelitian. Dan itulah maka sering menjadi masalah.

Pada periode kepemimpinannya empat tahun ke depan, Prof. Al makin bertekat untuk mengembangkan empat pilar utama pendidikan dalam mendidik semua mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.  Maka pada kesempatan kali ini pihaknya mengundang para seniman dan kurator. Menurut Prof. Al makin, seniman itu memiliki jiwa yang halus, memiliki spirit, rasa keindahan yang bisa membuat banyak orang bahagia, terhibur, maka perlu ditularkan ke banyak orang. Dalam forum inilah pihaknya ingin mengenal lebih dalam para praktisi seni-budaya, para kurator, insan seni di Yogyakarta untuk  memahami lebih dalam tentang jiwa seni, agar mudah memasukkannya dalam kurikulum di UIN sunan Kalijaga.

Di forum ini juga para pimpinan kampus UIN Sunan Kalijaga bersama para seniman dan kurator berdialog, melukis bersama, menari, juga menyanyi  yang tujuannya mempromosikan seni sebagai salah satu pilar untuk dikembangkan dalam pendidikan, dan juga untuk menghibur.  



“Rakyat Indonesia mikir terlalu serius mikir politik terus, mikir hal hal  yang berat berat, mari kita mikir yang indah indah, melukis , menari, menyanyi, yang menyatukan kita bangsa Indonesia. Dalam seni itu bisa menyatukan yang berbeda-beda. Dalam seni tidak akan ada yang bertanya agamanya apa, etnisnya apa, semua yang berbeda menyatu menikmati keindahan seni, hingga bisa melupakan konflik untuk bersatu membangun bangsa. Indonesia juga memiliki kekayaan seni budaya yang luar biasa, kalau itu bisa di kembangakan, akan bisa meredam konflik sekaligus menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang dikagumi dunia karena kekayaan seni –budayanya,” demikian harap Prof. Al makin.

Sementara itu para seniman dan kurator Yogyakarta yang hadir di forum ini antara lain:  Butet Kartaredjasa,  Djoko Pekik, Kartika Affandi, M. Agus Burhan, Edi Sunaryo,  Marwoto Kawer, Susilo Nugroho Den Baguse,  Anusapati, Suwarno Wisetrotomo,  Nasirun, Ivan Sagito,  Budi Ubrux,  Hari Budiono,  Ong Hari Wahyu,  Sigit Santosa, Bambang Herras, Yuswantoro Adi, Jumaldi Alfi, Melodia,  Pupuk DP, Wayan Cahya, Bambang Pramudiyanto, Kuss Indarto, Putu Sutawijaya, Made Mustika,  Shri Krishna Encik,  Yakobus Varame.  Bambang Paningron, Erica Hestu Wahyuni, Totok Buchori. Hadir pula para dekan dan ketua senat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Siswanto Masruri mensuport tekat Rektor UIN Sunan Kalijaga untuk mengembangkan seni budaya dalam kurikulum ke depan. Dengan seni-budaya dapat mengasah jiwa manusia menjadi halus, lembut dan peka.  Sehingga dapat menangkal pemahaman keagamaan yang radikal. Menyadur pemikiran Prof. Mukti Ali (tokoh pluralisme dari kampus UIN Suka); “dengan ilmu hidup lebih mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup menjadi terarah,” maka pendidikan di UIN Sunan Kalijaga hendaknya memadukan ketiganya. Rektor Isi,  M. Agus Burhan yang hadir di forum itu sebagai seniman menyambut baik ajakan Rektor UIN Sunan Kalijaga untuk membangun jejaring, menyatukan studi ke-Islaman dengan seni-budaya. Menjadikan kampus UIN Sunan Kalijaga sebagai rumah bersama yang tidak memandang latar belakang agama, etnik, golongan. Menyadur pemikiran Muhammad Iqbal bahwa etos kesenian itu tidak terbatas, maka dengan mengasah jiwa manusia melalui karya seni, justru akan memperluas dan memperdalam kehidupan keberagamaan kita, kata Agus Burhan.




Sementara itu, Butet Kartarejasa menyampaikan, untuk Indonesia yang sedang terancam keterbelahan karena politik identitas. “inilah Islam yang sejuk, Islam yang egaliter, Islam yang menghormati keberagaman. Dan UIN Sunan Kalijaga mempelopori. Saya kepengen Perguruan Tinggi Islam di Indonesia melakukan tindakan yang sama menyapa lintas iman, lintas disiplin. Agama yang bersentuhan dengan seni budaya itu agama yang Kaliurang banget, agama yang sejuk,”kata Butet. (Dwi)

Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.