Soal Tawuran Di Bantul, PP DIY Sebut Ada Penumpang Gelap
Soal Tawuran Di Bantul, PP DIY Sebut Ada Penumpang Gelap

Soal Tawuran Di Bantul, PP DIY Sebut Ada Penumpang Gelap






JOGJAGRID.COM: Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DIY mengklarifikasi ihwal kasus ricuh di Bantul pada Minggu (4/10) lalu.

Dalam kasus itu terjadi peristiwa tawuran yang melibatkan sekelompok massa berseragam Pemuda Pancasila dan Front Jihad Islam (FJI) yang membuat sejumlah orang terluka.

Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY, Faried Jayen Soepardjan menyatakan dalam kasus itu pihaknya menyatakan bahwa Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila di Bantul diketuai Antariksa Budi Leksmana, bukan Doni Bimo Saptoto lagi.

Nama Doni Bimo Saptoto, ujar Jayen, bukanlah Ketua MPC Pemuda Pancasila Bantul. Nama bersangkutan telah dilakukan karateker atau dibekukan sejak sebelum Musyawarah Besar Pemuda Pancasila tahun 2019 lalu.

"Kami luruskan informasi bahwa nama yang bersangkutan bukanlah tanggungjawab Pemuda Pancasila, tidak benar ia merupakan Ketua Pemuda Pancasila, sudah lama diturunkan karateker," tegas Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY, Faried Jayen Soepardjan, Senin (5/10).

Berdasarkan surat resmi organisasi disebutkan karateker kepengurusan Ketua MPC Pemuda Pancasila Bantul adalah Antariksa Budi Leksmana dan untuk posisi sekretaris diisi oleh Ibnu S. Melalui surat tersebut maka kepengurusan lama yang diketuai Doni Bimo Saptoto telah gugur dengan sendirinya.

"Sehingga aneh saja jika masih beratribut Pemuda Pancasila, dan sebaiknya menjelaskan jika dirinya bukan lagi bagian dari Pemuda Pancasila," tegas Jayen.

Putra Brigjen (Purn) TNI Erry Soepardjan itu juga mengungkapkan tak heran jika ada asumsi ada semacam penumpang gelap yang mendopleng organisasi Pemuda Pancasila. Tidak hanya terkait peristiwa tawuran tersebut, namun hal itu rawan disalahgunakan untuk kepentingan politik mengingat saat ini sedang ada Pilkada Bantul. 

Jayen menjelaskan kemungkinan penyalahgunaan organisasi tersebut sebetulnya telah diantisipasi MPW Pemuda Pancasila DIY. Pada tanggal 20 Agustus 2020, dikeluarkan instruksi tentang netralitas Pemuda Pancasila di Pilkada. "Secara organisasi Pemuda Pancasila bersikap netral, tidak mendukung salah satu calon bupati. Jadi jangan sampai ada yang berbaju Pemuda Pancasila menyatakan dukungan politik," tegas dia.

Kericuhan yang melibatkan dua ormas Pemuda Pancasila dan FJI terjadi di Padokan Kidul, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY, Minggu (4/10), mengkibatkan tiga Pemuda Pancasila mengalami luka-luka.

Jayen menerangkan bahwa peristiwa bermula saat dua anggota Komando Inti (KOTI) Pemuda Pancasila, Mahatidana dan Fendy yang memiliki masalah dengan Ketua FJI, Durrohman. Jayen menuturkan jika permasalahan itu tak ada kaitannya dengan organisasi karena dua pihak ini merupakan tetangga satu kampung.

Jayen menjabarkan dari perselisihan ini kemudian dilakukan mediasi di Polsek Kasihan pada Minggu (4/10). Saat mediasi, kata Jayen, dua anggotanya ini ditemani oleh lebih kurang 15 orang anggota KOTI.

"Saat mediasi, justru anggota kami diserang oleh massa bersenjata tajam yang mengatasnamakan FJI. Akibat serangan ini dua anggota kami mengalami luka bacok parah di kepala," tegas Jayen.

Tiga Pemuda Pancasila yang mengalami luka-luka itu adalah Amir Bekti alias Cethul wargaTegalrejo, Kota Yogyakarta dan Natal alias Bendol warga Mergangsan Kota Yogyakarta, yang keduanya mengalami luka parah di bagian kepala. Sementara satu korban bernama Eko yang mengalami luka bengka di tangan.

Jayen menegaskan bahwa usai kejadian itu, pihaknya pun memerintahkan untuk mengevakusi anggota yang terluka. Namun saat itu, justru ada pihak yang melakukan provokasi keji dengan menuding anggota PP sebagai PKI.

"Jika pemicu awal adalah anggota kami yang salah silakan diproses hukum. Sejak awal permasalahan ini bukanlah permasalah ormas namun permasalah personal,"ungkap Jayen.

"Tidak benar anggota kami menyerang markas FJI. Anggota kami hanya memertahankan diri saat diserang. Saat memertahankan diri ini anggota kami mengejar anggota FJI yang lari masuk ke dalam kampung," sambung Jayen.

Terkait serangan hingga berujung dua anggota KOTI mengalami luka parah, Jayen menegaskan pihaknya melaporkan ke Polda DIY, pada hari Senin (5/10).

"Hari ini kami akan laporkan kasus penyerangan terhadap dua anggota kami ke Polda DIY. Agar permasalahan jadi terang benderang dan tidak ada fitnah dan digoreng-goreng yang mengakibatkan tercorengnya organisasi Pemuda Pancasila," papar Jayen (Fin)
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.