JOGJAGRID.COM : Dalam rangka Dies Natalis Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (UCY) ke-64, civitas mengadakan diskusi publik membedah pemikiran HOS Cokroaminoto’ dengan fokus pada persoalan Islam, Politik dan Negara.
Acara yang dihadiri jajaran rektorat, dosen serta mahasiswa ini berlangsung di Auditorium Kampus UCY, Jalan Perintis Kemerdekaan, Gambiran, Yogyakarta, Sabtu (26/10).
Sejumlah narasumber kompeten dihadirkan dalam diskusi public kali ini. Antara lain, Bonnie Triyana (sejarawan dari Undip), Abdul Wahid (sejarawan dari UGM), Nurul Robbi Sepang yang merupakan cicit dari Cokroaminoto, serta Sunudyantoro sebagai moderator dari Tempo.
Rektor UCY, Ciptasari Prabawanti SPsi MSc Phd kepada wartawan menjelaskan, pemikiran-pemikiran HOS Cokroaminoto sangat visioner dan relate dengan kondisi era sekarang. Bukan isapan jempol jika Cokroaminoto disebut sebagai guru bangsa. Sang Proklamator Soekarno, Musso Alimin, Kartosuwiryo adalah tiga tokoh besar hasil didikan Cokroaminoto. Ilmu yang dipunyai pun beragam. Tentang nasionalis, ideologi islam, bahkan paham komunis pun dikuasainya. Pendiri Sarikat Islam ini juga piawai dalam mengemukakan gagasan cerdas. Sosoknya yang humble dan egaliter membuat lawan dan kawannya segan.
“Hal-hal positif ini lah yang harus diteladani anak muda jaman sekarang dan menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga serta merawat pemikiran-pemikiran visioner dari sosok Cokroaminoto,” ujar Ciptasari Prabawanti.
Wakil Rektor UCY Farid Iskandar SH menambahkan, sosok Cokroaminoto adalah seorang leader yang mumpuni. Mampu menggerakkan organisasi dengan semangat kebangsaan. Serta menumbuhkan harapan bagi rakyat jelata. “Pahlawan yang dijuluki Singa Podium ini mampu memadukan unsur islam dan politik dalam satu kebijakan. Membidani Sarikat Islam yang sanggup mendobrak hegemoni colonial Belanda. Kendati bukan muslim yang fanatic, namun pengetahuannya tentang islam sangat luas dan mendalam. Bahkan dia juga terbuka dengan ajaran-ajaran baru. Relevansi pemikiran ini yang harus kita jaga di era saat ini. Tidak fanatic, namun bisa menerima gagasan yang dirasa positif dan bermaslahat,” tandas Farid Iskandar.
Acara tersebut dibuka oleh Rektor UCY dan secara simbolik menerima buku dari pihak Tempo yang diwakili oleh Gendur Sudarsono. (Santoso)
Acara yang dihadiri jajaran rektorat, dosen serta mahasiswa ini berlangsung di Auditorium Kampus UCY, Jalan Perintis Kemerdekaan, Gambiran, Yogyakarta, Sabtu (26/10).
Sejumlah narasumber kompeten dihadirkan dalam diskusi public kali ini. Antara lain, Bonnie Triyana (sejarawan dari Undip), Abdul Wahid (sejarawan dari UGM), Nurul Robbi Sepang yang merupakan cicit dari Cokroaminoto, serta Sunudyantoro sebagai moderator dari Tempo.
Rektor UCY, Ciptasari Prabawanti SPsi MSc Phd kepada wartawan menjelaskan, pemikiran-pemikiran HOS Cokroaminoto sangat visioner dan relate dengan kondisi era sekarang. Bukan isapan jempol jika Cokroaminoto disebut sebagai guru bangsa. Sang Proklamator Soekarno, Musso Alimin, Kartosuwiryo adalah tiga tokoh besar hasil didikan Cokroaminoto. Ilmu yang dipunyai pun beragam. Tentang nasionalis, ideologi islam, bahkan paham komunis pun dikuasainya. Pendiri Sarikat Islam ini juga piawai dalam mengemukakan gagasan cerdas. Sosoknya yang humble dan egaliter membuat lawan dan kawannya segan.
“Hal-hal positif ini lah yang harus diteladani anak muda jaman sekarang dan menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga serta merawat pemikiran-pemikiran visioner dari sosok Cokroaminoto,” ujar Ciptasari Prabawanti.
Wakil Rektor UCY Farid Iskandar SH menambahkan, sosok Cokroaminoto adalah seorang leader yang mumpuni. Mampu menggerakkan organisasi dengan semangat kebangsaan. Serta menumbuhkan harapan bagi rakyat jelata. “Pahlawan yang dijuluki Singa Podium ini mampu memadukan unsur islam dan politik dalam satu kebijakan. Membidani Sarikat Islam yang sanggup mendobrak hegemoni colonial Belanda. Kendati bukan muslim yang fanatic, namun pengetahuannya tentang islam sangat luas dan mendalam. Bahkan dia juga terbuka dengan ajaran-ajaran baru. Relevansi pemikiran ini yang harus kita jaga di era saat ini. Tidak fanatic, namun bisa menerima gagasan yang dirasa positif dan bermaslahat,” tandas Farid Iskandar.
Acara tersebut dibuka oleh Rektor UCY dan secara simbolik menerima buku dari pihak Tempo yang diwakili oleh Gendur Sudarsono. (Santoso)