Pembangunan PLTA Tapanuli Diklaim Perhatikan Populasi Orangutan
Pembangunan PLTA Tapanuli Diklaim Perhatikan Populasi Orangutan

Pembangunan PLTA Tapanuli Diklaim Perhatikan Populasi Orangutan

JOGJAGRID.COM -Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diklaim tetap berkomitmen menjaga kelestarian alam dan habitat Orangutan Tapanuli. Hal itu menjawab desakan dari para aktivis yang menganggap proyek tersebut mengancam populasi orangutan.

Agus Djoko Ismanto Senior Adviser on Environment PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) mengatakan, sebagai proyek strategis Nasional pembangkit listrik 35.000 MW, pihaknya terus berkomitmen menjaga kelestarian alam dan habitat Orangutan Tapanuli.

Pembangunan  PLTA Batang Toru juga telah melalui kajian-kajian yang dipersyaratkan termasuk Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

"Kami juga telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) yang menunjukkan komitmen kuat perusahaan untuk juga mendorong kelestarian flora dan satwa liar. Seperti Orangutan Tapanuli yang merupakan satwa endemic di hutan Batang Toru," katanya di Yogyakarta, Jumat (20/9).

Lanjutnya, pihaknya sebagai pengelola PLTA Batang Toru telah menjalin kerjasama dengan Yayasan PanEco yang berpusat di Swiss. Kerjasama ini didukung penuh oleh pemerintah Indonesia untuk mengamankan masa depan orangutan Tapanuli serta habitatnya di ekosistem Batangtoru.

Ahli primata PT NSHE, Barita Manullang mengatakan, kerja sama itu salah satu tujuannya yakni menerapkan strategi konservasi yang komprehensif di areal habitat orangutan tersebut. "Tentunya melalui suatu pendekatan multi-pihak,” ucapnya.

Sebelumnya, aktivis dari Pusat Perlindungan Orangutan mendesak agar proyek pembangunan PLTA di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara dihentikan sementara. Karena dikhawatirkan bisa mengancam kehidupan populasi satwa khususnya Orangutan di sana.

Pendiri Centre for Orangutan Protection (COP), Hardi Baktianto mengatakan proyek itu dari awal bermasalah. Semisal saja mengenai diketahuinya dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang palsu.

Kemudian mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh pembangunan bendungan dalam proyek itu terhadap ekosistem hutan kawasan dan mata pencaharian ribuan penduduk di sana.

"Proyek itu juga berada di sesar gempa. Banyak persoalan, karena diabaikan standar dasar sebelum proyek itu dimulai," katanya dalam konferensi pers di Bong Kopitown, Kota Yogyakarta pada Jumat (20/9) siang.

Pihaknya meminta agar proyek ini dimulai dari awal. Melakukan survei dan kajian dengan benar. "Rekomendasi kami adalah tolong proyek ini dihentikan dulu sementara. Kita coba melakukan dengan benar, survei dengan benar, kajian yang benar. Semuanya ditata dari awal," paparnya.(Sulaiman Ridho)
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.