Harkitnas, Pemuda Pancasila DIY Ajak Makan Ratusan Pengemudi Becak dan Kusir Andong di Hotel
Harkitnas, Pemuda Pancasila DIY Ajak Makan Ratusan Pengemudi Becak dan Kusir Andong di Hotel

Harkitnas, Pemuda Pancasila DIY Ajak Makan Ratusan Pengemudi Becak dan Kusir Andong di Hotel



JOGJAGRID.COM: Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang jatuh setiap 20 Mei memiliki makna bangkit untik maju dengan berubah.

Dalam momentum kebangkitan itu  
sebanyak kurang lebih 100 orang pengemudi becak dan kusir andong  di kawasan Malioboro diajak Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DIY menikmati makan siang di hotel bintang lima, Sabtu 21 Mei 2022.

Sejumlah pengemudi becak dan kusir andong yang mangkal di kawasan Malioboro ini mengaku baru pertama kali menikmati makan di restoran Hotel Bintang Lima. Biasanya, para sopir becak dan kusir andong ini hanya sekadar mengantar tamu ke hotel tersebut. 

Ketua MPW Pemuda Pancasila DIY Faried Jayen Soepardjan mengatakan bahwa agenda ini momentumnya berdekatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Kebetulan pula, lanjut Faried Jayen, kita dalam kondisi berjuang bangkit dari pandemi Covid-19 

"Pertama kami ingin berbagi kebahagiaan pada insan pariwisata saat momentum Hari Kebangkitan Nasional. Harapannya kebahagiaan kita ini bisa dirasakan masyarakat bawah," kata Faried Jayen, Sabtu 21 Mei 2022. 

"Kedua, Kota Yogyakarta adalah kota pariwisata. Para pengayuh becak, sopir becak motor dan kusir andong merupakan salah satu motor untuk menggerakkan pariwisata di Yogyakarta. Mereka sempat terdampak perekonomiannya karena pandemi Covid-19. Saat ini waktunya kita bangkit bersama dan menggerakkan lagi pariwisata Yogyakarta," sambung Faried Jayen. 

Sementara itu Ketua Badan Pengusaha Pemuda Pancasila DIY Yuni Astuti menilai makan di hotel bintang lima mungkin bagi sebagian orang sudah biasa, tetapi bagi masyarakat kalangan bawah tentu bisa jadi luar biasa karena jarang melakukannya. 

Yuni Astuti menjabarkan di sela-sela kegiatan makan siang bersama ini, dilakukan edukasi terhadap sopir becak dan andong dalam memberikan layanan kepada wisatawan. Beberapa di antaranya ditanya terkait tarif ketika naik alat transportasi tradisional itu. 

"Kami mengajak para sopir becak dan andong ini agar tetap memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan, agar mereka memberikan kesan positif terhadap pariwisata Jogja. Kami tadi sembari berbincang satu per satu," ucap Yuni Astuti. 

Salah satu pengayuh becak Yono Miyarso mengaku baru pertama kali makan di restoran hotel bintang lima meski dirinya sudah puluhan tahun mangkal di kawasan Malioboro yang banyak hotel bintang lima. 

Yono menceritakan kesehariannya dirinya  makan seadanya seperti di angkringan maupun warung makan biasa dengan harga murah. Warga asal Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini tidak mengaku selama ini tak punya tempat tinggal di Yogyakarta memiliki sehingga setiap harinya ia tidak di emperan toko dan lebih sering di atas tempat duduk becaknya. 

"Makan juga seadanya, seperti di hotel ini tidak pernah sebelumnya. Ini bisa dibilang pertama kali. Saben dinane mangan opo anane (setiap hari makan seadanya saja) Kebetulan selain makan ini tadi juga diberi uang. Saya merasa senang," ucap Yono. 

Yono menambahkan dirinya sudah menjadi pengayuh becak sejak tahun 1980. Yono menuturkan dirinya akan tetap memilih menjadi pengayuh becak meski kondisi saat ini tantangannya semakin berat. 

"Saya menyewa becak. Sebulan bayar Rp 100 ribu. Sekarang ini pendapatan tidak menentu. Apalagi sekarang becak kayuh kalah dengan transportasi lain di Malioboro," pungkas Yono. (Dan/Arf)
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.