JOGJAGRID.COM : Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya, katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu.
Namun, lama-kelamaan, katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa seperti melihat jendela berkabut, sulit menyetir, membaca, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan utama di dunia yang dapat diobati.
Rumah Sakit (RS) Mata “Dr Yap” Yogyakarta kini memiliki peralatan terbaru dan tercanggih di dunia medis pengobatan mata.
Untuk pertama kalinya, mesin itu digunakan mengoperasi pasien dalam rangka Bakti Sosial Operasi Katarak dan Pterygium Menyambut HUT ke-98 RS Mata “Dr Yap”, Rabu (26/5/2021).
Ketua Yayasan “Dr Yap” Prawirohusodo, GBPH Prabukusumo didampingi dokter Alida Lienawati MKes MMR selaku Direktur Utama (Dirut) rumah sakit itu serta Ketua Pembina Yayasan Dr Yap Prawirohusodo, KPH Indrokusumo, mengatakan dukungan peralatan modern dan canggih harapannya pelayanan kepada pasien makin maksimal.
"Dengan peralatan canggih tersebut luka sayatan operasi jauh lebih kecil. Lebar sayatan hanya seukuran 1,8 milimeter. Cukup dengan anestesi atau bius lokal, pasien tidak merasakan sakit," katanya.
Dibanding peralatan lama yang secara teknik memerlukan belahan cukup besar 5-10 milimeter, peralatan baru tersebut tidak mengenai saraf yang membuat sakit.
Alat terbaru itu tidak hanya memudahkan tenaga medis tetapi juga membuat nyaman pasien. Ditambah lagi, waktu operasi lebih singkat sekitar delapan menit saja.
Sehari setelah operasi pasien langsung bisa kontrol.
“Kelebihan alat ini, luka operasi tidak dijahit,” ucap Gusti Prabu meneruskan informasi dari tim teknis. Harga alat tersebut sekitar Rp 1,8 miliar per unit.
Pada acara itu jajaran rumah sakit tersebut beserta tamu undangan memperoleh kesempatan menyaksikan langsung jalannya operasi mata dengan melalui layar monitor yang terhubung langsung dari kamar operasi.
Gusti Prabu menambahkan, Rumah Sakit Mata “Dr Yap” merupakan rumah sakit khusus mata yang sudah berpengalaman memberi pelayanan kesehatan mata lebih dari 97 tahun.
Rumah sakit ini didukung oleh tenaga medis yang profesional dan berpengalaman menangani kasus-kasus penyakit mata dengan berbagai tingkat kesulitannya.
Sejalan dengan visi RS Mata “Dr Yap” menjadi pusat pelayanan dan pendidikan mata yang profesional dan terpercaya serta bersaing secara global pada 2023, maka rumah sakit ini berkomitmen berperan aktif menurunkan angka kebutaan di Indonesia.
Dokter Alida menambahkan kebutaan dan gangguan tajam penglihatan merupakan masalah kesehatan yang terjadi di seluruh dunia.
Lebih-lebih di negara berkembang. Secara global tercatat 37 juta orang mengalami kebutaan dan 161 juta menderita gangguan tajam penglihatan.
Angka kebutaan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia. Pemeriksaan dan deteksi dini gangguan mata menjadi hal yang sangat penting dan perlu dilakukan agar permasalahan pada mata dapat diketahui dan ditangani seawal mungkin.
Keterlambatan pendeteksian berarti keterlambatan terapi sehingga berdampak pada kualitas penglihatan dan aktivitas sehari-hari pasien.
RS Mata “Dr Yap” menyadari tidak semua orang memiliki akses pelayanan kesehatan mata yang memadai.
Bercermin dari realitas tersebut, pihaknya secara rutin melaksanakan berbagai kegiatan yang ditujukan bagi masyarakat dengan kebutaan dan gangguan penglihatan. Salah satunya bakti sosial operasi mata.
Pada baksos kali ini, RS Mata “Dr Yap” melaksanakan skrining selama dua hari terhadap 92 orang peserta. 36 orang layak dioperasi dengan rincian 25 penderita katarak dan 11 pterygium.
Skrining pra-operasi dilaksanakan oleh perawat dan dokter spesialis mata RS Mata “Dr Yap”. Pasien juga mendapat pengobatan dan pemberian kacamata.
"Harapannya kegiatan bakti sosial ini mampu menurunkan angka kebutaan di Indonesia, terutama kebutaan yang bisa dicegah seperti katarak dan pterygium, tumbuh lapisan pada mata," katanya.
RS ini dari waktu ke waktu terus meningkatkan cakupan pemeriksaan mata, pengobatan mata serta operasi katarak dan pterygium untuk masyarakat pra-sejahtera terutama di wilayah DIY, Magelang dan sekitarnya.
Satu rangkaian dengan baksos tersebut, pada 22 Mei 2021 rumah sakit ini mampu memecakan rekor MURI penyelenggaraan webinar mata terlama 14 jam diikuti ribuan peserta dengan 36 narasumber mengupas 26 judul makalah terkait kesehatan mata. (Dwi)