Sultan HB X : Tak Kurang 8 Perangkat Gamelan Tiap Tahun Dikirim Ke Luar Negeri
Sultan HB X : Tak Kurang 8 Perangkat Gamelan Tiap Tahun Dikirim Ke Luar Negeri

Sultan HB X : Tak Kurang 8 Perangkat Gamelan Tiap Tahun Dikirim Ke Luar Negeri



JOGJAGRID.COM.: Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkap upayanya selama ini menggaungkan seni karawitan Jawa ke berbagai penjuru dunia.

Ngarsa Dalem mengatakan hampir setiap tahun, sedikitnya mengirim delapan gamelan sebagai perangkat utama karawitan Jawa itu ke kedutaan-kedutaan besar Indonesia di berbagai negara.

Tak hanya itu, perangkat gamelan juga dikirimkan Sultan ke berbagai komunitas warga negara Indonesia (WNI) khususnya transmigran Jawa yang tradisi karawitannya di luar negeri terus hidup dan berkembang. Seperti di Jerman, Jepang, hingga Australia

"Saat karawitan Jawa itu mulai mendunia beberapa waktu terakhir, saya yang ketiban sampur (diberi tugas), mereka pesannya gamelan kepada saya. Jadi tidak kurang delapan perangkat pasti dikirim ke luar setiap tahunnya," ujar Sultan HB X saat menghadiri puncak Festival Budaya Karawitan Internasional Piala Sultan HB X yang digelar markas besar TNI di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta Sabtu petang 24 Oktober 2020.

Namun, ujar Sultan, sepanjang Yogya mengirim bantuan perangkat gamelan ke berbagai kedutaan dan komunitas ke berbagai negara itu, masih ada negara yang belum bisa tersentuh bantuan itu.

"Pengalaman kami mengirim gamelan ke luar itu, belum menyentuh ke negara negara bekas bagian dari Rusia. Selama ini untuk pengiriman ke Eropa, rata-rata baru ke negara di Eropa Barat, seperti Inggris, Irlandia, dan sebagainya," ujar Sultan.

Untuk pemerintah-pemerintah negara di Eropa Timur, ujar Sultan, justru meminta bukan gamelan yang dikirimkan Yogya ke negaranya.

Mereka di Eropa Timur justru meminta Yogya agar membangun rumah Joglo atau rumah dengan arsitektural Jawa kental. Yang bangunannya dikolaborasikan atau diakulturasikan dengan lokalitas negara itu. Tentu saja permintaan untuk bantuan ini biayanya akan sangat besar sehingga masih jadi pertimbangan Sultan.

"Bukan pemerintah daerahnya yang meminta dibangun Joglo, tapi pemerintah pusatnya di Eropa Timur itu, seperti Cekoslovakia, Polandia, saya juga tidak tahu kenapa yang diminta Joglo," ujar Sultan.

Hanya saja, ujar Sultan, para pemerintah di Eropa Timur itu menyatakan mereka bersedia menyediakan lahan. Dari Yogya, ujar Sultan, hanya tinggal membangunnya di sana.

Sultan mengatakan lestarinya tradisi karawitan oleh berbagai komunitas warga Indonesia di berbagai negara itu selama ini diwarnai dengan intensitas komunitas itu dengan rutin berlatih, kemudian menampilkannya dan mengikuti berbagai event kebudayaan yang digelar di negara mereka. Mereka  juga aktif di festival internasional.

Tak melulu pertunjukkan karawitan murni saja yang ditampilkan komunitas migran di luar negeri itu. Setiap tahun, ujar Sultan, para komunitas pelestari karawitan di luar negeri itu juga menggelar wayangan yang di dalamnya unsur karawitan menjadi bagian musikalisasinya.

Yogyakarta, ujar Sultan HB X, sebenarnya juga rutin menggelar festival karawiran tingkat internasional setiap tahun yakni di bulan Juni. Namun untuk tahun ini, penyelenggaraan itu terpaksa ditiadakan sementara akibat pandemi Covid-19.

Dalam kesempatan itu Sultan membeberkan ada banyak cara dilakukan untuk menjalin hubungan bilateral antar negara, salah satunya melalui pelestarian kesenian lokal seperti karawitan itu.

"Pendekatan politik kebudayaan penting, tidak sekadar bicara politik take and give," ujar Sultan.

Festival karawitan internasional di Yogya yang memperebutkan Piala Sultan HB X itu sendiri diinisiasi Markas Besar TNI dengan harapan dapat menjadi upaya untuk terus menghidupkan budaya tersebut di masa pandemi. (***)
Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.