JOGJAGRID.COM: Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menuturkan saat ini wilayahnya dikelilingi zona merah Covid–19. Dengan begitu perlu lebih waspada terhadap peningkatan mobilitas wisatawan.
Angka penularan Covid-19 DIY terhitung lebih rendah dibanding zona sekitarnya, berpotensi pula mendorong meningkatnya penyelenggaraan kegiatan khususnya berunsur MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Pasalnya perhelatan itu bisa dilimpahkan ke Yogyakarta karena dinilai lebih aman, sekaligus fasilitasnya memadai.
"Dari sembilan episentrum penularan Covid–19, sebanyak lima titik di antaranya ada di Jawa. Hal ini karena di Jawa memiliki potensi mobilitas keluar masuk masyarakat dari berbagai daerah," ujar Wakil Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY Biwara Yuswantana.
Biwara yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY itu menuturkan, dampak pemusatan kegiatan berbagai daerah ke DIY itu punya dampak positif pada ekonomi. Tapi sekaligus juga berpotensi membawa dampak negatif, yakni membuat laju penularan Covid-19 berpeluang melonjak.
"Perlu langkah antisipasi agar penularan tidak melonjak," ujarnya. Walhasil, menurutnya penerapan protokol kesehatan pada berbagai aktivitas di Yogyakarta sudah tidak bisa ditawar lagi, "Harus terkoordinir bersinergi antara Satpol PP, TNI dan Polri secara berjenjang. Langkah-langkah yang sinergis harus senadan antara kabupaten/kota," imbuhnya.
Biwara menjelaskan, saat ini, sumber daya pemerintah seperti TNI Polri memiliki keterbatasan. Demikian juga dengan fasilitas kesehatan di masyarakat. Untuk itu, tidak bisa hanya menggantungkan diri pada pemerintah. Karena intinya adalah masyarakat sebagai subjek.
“Sejak awal sudah disampaikan oleh Pak Gubernur, DIY menekankan kebijakan masyarakat sebagai subjek dari penanganan Covid–19. Tingkat kerentanan atau potensi semakin meningkat, oleh karena itu kesadaran upaya penerapan protokol kesehatan juga menjadi sangat penting,” ujarnya
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaning Astutie menambahkan, lonjakan kasus DIY saat ini bukan hanya semata karena lonjakan wisatawan.
Namun saat ini, pihaknya sedang aktif melakukan penjaringan tes acak. Semakin banyak orang yang melakukan tes, maka kemungkinan positif semakin banyak.
"Di DIY sendiri, kebanyakan kasus positif berasal dari kontak langsung pasien terkonfirmasi. Untuk itu disiplin penerapan protokol kesehatan tidak bisa hanya menjadi formlalitas saja," ujarnya.
Sehingga pencegahan bisa semaksimal mungkin diakukan. Apabila tidak, maka dikhawatirkan akan muncul banyak klaster baru di DIY mengingat DIY mulai merangkak berupaya membangkitkan ekonomi
Wakil Gubernur DIY sekaligus Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid–19 DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Paku Alam X mengatakan lonjakan penularan Covid–19 di DIY saat ini salah satunya kurangnya penerapan protokol kesehatan pada setiap kegiatan di masyarakat.
"Harus ada upaya peningkatan antisipasi untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus agar tetap terkendali," ujar Paku Alam X.
Paku Alam menilai saat ini DIY sedang dilema mengingat kesehatan bukanlah hal yang bisa ditawar. Namun, laju perekonomian DIY sudah mengalami minus. Antisipasi dan kebijakan yang diambil memang harus berjalan secara paralel di seluruh kabupaten/kota.
"Sebagai contoh, ketika pihak Pemerintah Kota Yogya mengambil kebijakan, harus dibarengi dengan kebijakan di Kabupaten Bantul, Sleman, dan lainnya. Jika tidak diikuti dengan signifikan oleh tetangganya, maka percuma,” ungkap Paku Alam. (Mas/Jak)