Aplikasi Hindari Transaksi Harley Davidson Ilegal
Aplikasi Hindari Transaksi Harley Davidson Ilegal

Aplikasi Hindari Transaksi Harley Davidson Ilegal

JOGJAGRID.COM– Untuk meminimalisir transaksi ilegal maupun barang yang tidak asli, Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Pengcab Kabupaten Sleman membuat sebuah aplikasi yang bisa digunakan oleh para anggotanya. Dalam aplikasi yang bisa didownload di Google Playstore ini semua kebutuhan para member sudah bisa terpenuhi.

“Nama aplikasinya HDCI Indonesia, untuk seluruh anggota HDCI dari Sabang sampai Merauke. Ini baru pertama kali dan sudah mewakili semua kebutuhan dari organisasi otomotif HDCI,” kata Ketua HDCI Pengcab Sleman Ervin Arifianto ditemui di Joglo Nusantara Catering, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul pada Minggu 19 Januari 2020.

Ervin mengatakan di dalam aplikasi ini semua sudah tersistem dan terdata. Memuat mulai dari seluruh kegiatan HDCI di Indonesia, penjualan merchandise, maupun bursa motor besar. “Ada jual beli motor Harley, yang jelas legal dan terpantau,” katanya.

Ia mengatakan aplikasi ini baru berjalan sekitar dua sampai tiga bulan yang lalu. Member yang telah terdaftar pun sudah sekitar seribu orang. “Belum teregistrasi seluruh Indonesia, kalau sudah bisa lebih,” ucapnya.

Ervin mengatakan aplikasi HDCI Indonesia ini secara resmi diluncurkan pada Minggu 2 Februari 2020 mendatang. Saat acara ulang tahun HDCI Pengcab Sleman yang rencananya digelar di kompleks Candi Borobudur, Jawa Tengah.
Dalam acara tersebut seluruh anggota HDCI Indonesia pun diundang. Namun kemungkinan hanya akan didatangi oleh anggota dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan juga Jawa Timur. Selain itu juga beberapa pejabat diundang, yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. 
“Karena hanya satu hari, Minggu itu jadi kemungkinan hanya dari Jatim, Jateng, dan juga Jabar yang datang,” katanya.

Ketua HDCI Pengda Yogyakarta, Gatot Kurniawan menambahkan untuk event selama empat tahun terakhir ini memang sifatnya lokal saja. Sedangkan skala nasional rencananya digelar pada 2021 mendatang yakni Jogja Bike Rendezvous (JBR). “Event JBR yang memang sangat dinanti, terakhir diadakan pada 2015 lalu,” katanya.
Gatot mengatakan Jogja Bike Rendezvous pada 2015 cukup memberikan kesan yang beragam. Sempat membuat masyarakat maupun biker di Yogyakarta tidak nyaman karena ada yang ugal-ugalan di jalanan.

Menurut Gatot, untuk mengantisipasi adanya biker yang ugal-ugalan itu pun menjadi tantangan tersendiri. Sebab biasanya para biker yang datang dari luar daerah, melakukan konvoi sendiri-sendiri di luar rundown acara yang sudah ada. “Mumpung berada di Jogja, jadi mengadakan touring sendiri,” katanya.
Pihaknya akan berupaya konsolidasi kepada seluruh anggota untuk mencari cara supaya hal ini tak lagi terulang. “Ini sudah tahun kelima, sudah cukup memotivasi bikers untuk bisa dilakukan Jogja Bike Rendezvous, dan bisa lebih menjaga,” katanya.

Gatot mengatakan adanya JBR itu juga memberikan dampak positif di Yogyakarta. Semisal saja dari putaran ekonominya. Sebab pada 2015 lalu tercatat ada sekitar 2.000 motor besar yang berhasil didatangkan, dengan total kisaran 5.000 orang. “Data dari hotel yang dipesan, ada sekitar 5.000 orang,” ucapnya.  (Wer)

Advertisement banner

Baca juga:

Admin
Silakan ikuti kami di media sosial berikut.